PLTN Bukan Lagi Wacana, Pemerintah Harus Fokus Skema Pembangunan Efisien, Biaya, dan Aman

30-04-2025 /
Anggota Komisi XII DPR RI, Totok Daryanto saat mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi XII bersama Kepala BAPETEN, Dirjen EBTKE Kementerian ESDM, Kepala BRIN, serta Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Dirut PT Industri Nuklir Indonesia (INUKI) dan Ketua HIMNI di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Rabu (30/4/2025). Foto: Mentari/vel

PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi XII DPR RI, Totok Daryanto, menegaskan bahwa rencana pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia bukan lagi sekadar wacana, melainkan telah menjadi keputusan politik yang tidak dapat diabaikan. Ia menekankan bahwa pembahasan seharusnya tidak lagi berkutat pada perlu atau tidaknya PLTN, melainkan sudah masuk ke tahap pemilihan skenario pembangunan yang paling tepat bagi Indonesia, baik dari sisi biaya, keamanan, hingga efisiensi.

 

Hal ini disampaikannya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi XII bersama Kepala BAPETEN, Dirjen EBTKE Kementerian ESDM, Kepala BRIN, serta Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Dirut PT Industri Nuklir Indonesia (INUKI) dan Ketua HIMNI di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Rabu (30/4/2025).

 

“Masalah PLTN itu sudah menjadi keputusan politik. Sesuatu yang tidak bisa diabaikan lagi. Apalagi dengan regulasi-regulasi sudah kita tetapkan. Jadi kita mestinya mulai berpikir, gimana cara bangun PLTN yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia. Tentu yang paling efisien dan paling aman. Kita nggak lagi membahas dari awal, ini penting atau tidak,” jelasnya.

 

Totok juga menyoroti pentingnya strategi komunikasi dan pendekatan kepada masyarakat untuk membangun penerimaan publik terhadap kehadiran PLTN. ”Tergantung bagaimana kita melakukan sosialisasi. Kita sudah berani menggeser PLTN dari prioritas terakhir menjadi bagian dari strategi pemenuhan kebutuhan energi nasional,” ujar Politisi Fraksi PAN ini.

 

Dalam rapat tersebut, tiga skenario pengembangan PLTN sempat dipresentasikan. Totok mendorong agar DPR dan pihak eksekutif mendalami setiap opsi secara komprehensif sebelum mengambil keputusan akhir.

 

“Skenario 1, 2, dan 3 harus didalami. Apa persoalannya, berapa biayanya, dan lain sebagainya. Kita harus mulai memilih mana yang paling sesuai dengan kondisi kita sekarang,” tegasnya.

 

Selain itu, Totok juga mengusulkan agar lembaga seperti PATAN (Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Nuklir) berada di bawah pengawasan Komisi XII DPR RI, mengingat perannya yang sangat strategis dalam pengembangan PLTN dan energi nasional.

 

“Ini bukan soal mitra komisi, tapi kebutuhan nasional. Ketika PLTN jadi prioritas, maka tidak mungkin PATAN yang punya peranan besar justru berada di komisi lain,” tandasnya.

 

Legislator Dapil DIY ini juga mendorong agar RDP selanjutnya dikhususkan untuk membahas pengembangan PLTN secara lebih mendalam dan produktif, mengingat kompleksitas teknis dan strategis dari kebijakan ini. (we/rdn)

BERITA TERKAIT
Perlu Evaluasi Tata Kelola Tambang Timah untuk Minimalkan Illegal Mining
15-08-2025 /
PARLEMENTARIA, Pangkal Pinang - Anggota Komisi XII DPR RI, Irsan Sosiawan, menegaskan pentingnya evaluasi tata kelola pertambangan timah untuk meminimalkan...
Tata Kelola Pertimahan Harus Lebih Melibatkan Masyarakat
13-08-2025 /
PARLEMENTARIA, Pangkal Pinang - Ketua Komisi XII DPR RI, Bambang Patijaya, menegaskan komitmennya untuk mendorong tata kelola industri pertimahan yang...
Komisi XII Tegaskan Keadilan Sosial dalam Penyediaan BBM dan Listrik di NTT
13-08-2025 /
PARLEMENTARIA, Kupang — Komisi XII DPR RI menegaskan pentingnya menjaga keterjangkauan (affordability) bahan bakar minyak (BBM) dan listrik bagi masyarakat,...
Dipo Nusantara Soroti Kelangkaan dan Antrean Panjang BBM di NTT
13-08-2025 /
PARLEMENTARIA, Kupang — Komisi XII DPR RI menyoroti persoalan kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) yang kerap menimbulkan antrean panjang di...